Liputan Italia, Venice Biennale adalah salah satu organisasi budaya paling bergengsi semenjak 1895. Venice Biennale selalu terdepan dalam penelitian, pengembangan, dan penyebaran tren kesenian kontemporer terbaru dengan mengadakan berbagai pameran dan penelitian di berbagai bidang yang spesifik, seperti : Arts, Architecture, Cinema, Dance, Music, dan Theatre.
Menurut Intan Irani Ketua PPI Italia, tahun ini menyambut 15th International Architecture Exhibition Venice Biennale, sebanyak 23 orang arsitek Indonesia ikut ambil bagian dalam event ini.
“Tema Venice Biennale kali ini adalah Reporting From The Front dan dikepalai oleh Alejandro Aravena yang merupakan arsitek Chile, pemenang Pritzker Price 2016. Pritzker Prize sering disebut-sebut sebagai ekuivalen Nobel Prize dalam dunia arsitektur,” ujar Intan.
Arsitek asal Indonesia Budi Pradono yang merupakan leader Arsitek Indonesia dalam event ini menjelaskan, proyek ini mengangkat tema Fortress of Light. Tema ini mengilustrasikan isu pengungsi di Eropa. Karena ketidakstabilan negara asalnya, banyak pengungsi yang berjuang untuk memasuki perbatasan-perbatasan Eropa walaupun harus menantang maut.
Budi menjelaskan bahwa pendekatan design ini menghasilkan solusi organik yang dapat mengakomodasi para pengungsi dengan berbagai kebutuhan uniknya tanpa mengabaikan keteraturan dan peraturan dari sebuah design instalasi.
“ Tema inilah yang digunakan dalam setiap element instalasi arsitektur secara visual dalam event ini, untuk itu pihak kami perlu melibatkan PPI Italia khususnya pelajar Indonesia yang belajar arsitek untuk suksesnya event besar ini,” ungkap Budi.
Sementara itu Intan Irani, Ketua PPI Italia membenarkan keterlibatan PPI Italia dalam event besar yang melibatkan 23 arsitek asal Indonesia ini.
Menurutnya keterlibatan pelajar Indonesia dalam event ini lebih kepada suport secara teknikal saja. Bagaimanapun ada satu kebanggaan ketika arsitek Indonesia ambil bagian dalam event besar ini.
“PPI Italia dilibatkan 17-28 Mei saja, dan sejumlah pelajar Indonesia terlibat langsung secara pembuatan instalasi-nya dilapangan, mulai dari persiapan di Milan sampai turut dibawa oleh 4 pelajar Indonesia dalam rangka membantu Budi Pradono secara langsung di Venice” jelas Intan yang juga merupakan pelajar Master Arsitektur di Politecnico di Milano.
Lebih lanjut Intan menjelaskan, seluruh perakitan instalasi dikerjakan di Politecnico Milano, setelah proses perakitan selesai barulah hasil instalasi dipasang di venice Biennale.
Dua minggu sebelum event berlangsung di Venice, Florian Grossmayer, seorang pelajar Indonesia dari Wina, Austria datang sebagai person in charge untuk pelajar Indonesia yang terlibat sebagai volunteer, keseluruhan instalasi dan penanggung jawab kontak dengan pihak Budi Pradono.
Sementara itu, Apriani Sarashayu sebagai person in charge dari pihak pelajar menjelaskan, pengerjaan instalasi Pavilion Indonesia di Milan bertugas untuk persiapan material dan pemotongan material EPS (expanded polysterene).
Empat pelajar Indonesia di Italia yang bertugas sebagai volunteer berupaya untuk mendapatkan supplier yang mampu mengakomodasi kebutuhan material dengan cepat.
“Dari sekian banyak supplier akhirnya ditemukan satu supplier yang menyanggupi pesanan dengan waktu yang singkat. Setelah bahan baku didapat, dilakukan pemotongan modul bahan baku sesuai dengan blueprint dari pihak Budi Pradono,” ungkap Apriani.
Apriani menambahkan, pemotongan bahan baku dan pengemasan modul dilakukan selama tiga hari saja. Dengan bermodalkan tiga wire cutter dan kemampuan memotong yang presisi dan mumpuni, akhirnya modul-modul terkumpul semua dan siap untuk diboyong ke Venezia pada hari ke empat.
Pengerjaan Pavilion Indonesia di Venice fokus pada pembangunan instalasi. Dua pelajar Indonesia yang berasal dari kota Rimini; Eko Saputra dan Della Prita Nuary juga terlibat sebagai Volunteer. Mereka melakukan pengukuran terhadap ruang Pavilion Indonesia dengan menggunakan benang untuk persiapan pemasangan modul-modul EPS.
4 pelajar Indonesia di Italia akhirnya berhasil membantu menyelesaikan pembangunan instalasi dengan mengatur modul-modul EPS.
Pada pembukaan 28 Mei 2016 Pavilion Indonesia Fortress of Light di Palazzo Mora, Venice berdiri dengan anggunnya. Tamu-tamu undangan berdatangan ramai silih berganti untuk mengagumi pavilion nusantara ini dengan instalasi dan karya-karya yang di pamerkan. Pavilion Indonesia Fortress of Light dapat dikunjungi di Palazzo Mora, Venezia hingga 27 November 2016 mendatang. (Red.Dina, Editor. Dewi)
Link berita: http://ppidunia.org/ppi-italia-terlibat-sebagai-volunteer-pembangunan-instalasi-salah-satu-arsitek-indonesia-di-venice-biennale-2016/